Selasa, 10 Juni 2014
Hidup dan Pilihan
Pernah anda bertanya di dalam hati terkecil anda
tentang arti kehidupan? Atau pernah terlintas dipikiran anda sebuah pertanyaan,
untuk apa saya hidup didunia ini?
Kalau saya sih iyaaaaa, hehhe J,
pertanyaan itu terkadang terlintas di dalam pikiran saya dan akan sering muncul
ketika saya sedang sendiri. :)
Hmmm, hiduppp… tak ada kalimat yang pasti untuk
mendefinisikan kata tersebut. jujur terkadang saya masih bingung ketika ada
orang yang berkata, coba jelaskan pengertian hidup menurut anda!!!! Pasti
kalimat yang pertama dikeluarkan… “hidup ituuuuuuuu, apa yak??? Hehhehheh” … ya
maklumlah anak muda, terkadang jiwa mereka labil (termasuk saya).
Seiring dengan berjalannya waktu, berjalannya usia
dan berjalan-jalan lainnya yang bisa dijalankan. Saya dapat memilih kalimat
yang cocok untuk kata tersebut di dalam
pikiran saya.
“hidup itu adalah pilihan” pasti basi
ya mendengar atau melihat kalimat itu, tapi percaya deh itu yang terjadi
sesungguhnya. Contoh.. ketika saya diberikan pilihan untuk lulus dari perguruan
tinggi, mau lulus lewat jalur kompre atau skripsi? Mau tidak mau, suka tidak
suka saya harus memilih diantara kedua pilihan tersebut. tentunya diantara
pilihan tersebut terdapat resiko yang harus saya ambil nantinya. Lalu saya
tanamkan sebuah kalimat didalam otak saya yaitu “saya pilih skripsi!!”.
Banyak orang yang bertanya, “kenapa harus skripsi?
Kan ribet dan lama prosesnya” atau pertanyaan lain seperti “katanya mau cepet
lulus, kok milihnya skripsi bukan kompre?” dan masih ada pertanyaan-pertanyaan
lain yang terkadang membuat hati dan pikiran saya CAPEK, hehehhe v^^
Dari pertanyaan itu saya menjawab… “bukannya hidup
itu adalah pilihan? Ini yang saya pilih untuk hidup saya, ini yang saya inginkan.
Saya telah memilih ini dan saya tahu ada resiko didalamnya. Mau tidak mau, suka
tidak suka saya akan tetap jalani ini semua karena saya yang memilih ini.
Masalah hal yang terburuk yang nantinya akan terjadi sama saya, itu tidak ada
masalah karena ini yang saya pilih”
Atau contoh lain (ini biasanya yang paling disukai) yaituuu
cinta / pasangan. Pernah mendengar atau melihat kalimat “cinta itu harus
memilih”, mungkin ada beberapa orang yang tidak setuju dengan kalimat tersebut, tetapi saya setuju akan kalimat
tersebut. kenapa tidak??? Kebayang kan kalau setiap pasangan kita, si pasangan memiliki lebih dari satu pasangan dan dia
tidak bisa memilih diantaranya. Saya yakin pasti itu rasanya JELEB banget. Tidak
perlu saya jelaskan panjang lebar pasti anda semua mempunyai imajenasi
masing-masing.
Atau contoh lain seperti ketika saya membuang
botol-botol minuman atau apapun itu yang dinamakan barang sudah tidak terpakai
(menurut saya). Ketika saya buang ke dalam ember sampah depan rumah, lalu ada
yang bertanya “mbak botolnya boleh saya ambil?” lalu saya menjawab “oh iya
silahkan”
Yang kita anggap tidak berguna, kita anggap sampah,
kotor dan apapun itu bisa jadi bermanfaat atau bahkan memberikan nilai ekonomi
yang tinggi untuk orang lain. Dan dari botol-botol itu atau apapun itu yang
dari ember sampah bisa membiayai kehidupan mereka sehari-hari. Dan mereka yang
menjalaninya terlihat senang, dan terlihat bangga ketika anak-anak mereka bisa
sekolah dari pekerjaan mereka yang mungkin dianggap rendah oleh sebagian orang.
Ketika mereka dianggap rendah oleh sebagian orang justru terkadang mereka meninggikan derajatnya dengan tingkah lakunya. Hidup itu tergantung bagaimana kita yang menjalani. Kalau kita menginginkan hidup yang menyenangkan insyaallah akan menyenangkan. Tapi kalau kita menggerutu akan kehidupan yang dijalani ya gimana yahhhh??? Kita aja enggak bisa mengenakan hidup, bagaimana hidup akan mengenakan kita? Iya enggak?
Bersyukur saja atas apa yang terjadi, memang semua
itu tidak lepas dari yang namanya takdir, tapi kita tidak bisa kan pasrah dengan
takdir begitu saja..
Istilah kasarnya atau istilah gaulnyaaaa ituuuuuuuu
“INI PILIHAN LOE, INI YANG LOE MAU, JADI LOE HARUS
MENJALANI INI SEMUA, ENGGAK BOLEH NGELUH, TETAP NIKMATI, KARENA INI PILIHAN LOE
DAN INI UNTUK HIDUP LOE, UNTUK KEBAIKAN LOE, BUKAN UNTUK ORANG LAIN”
Selasa, 13 Mei 2014
TIMBUL TENGGELAM yang sulit tenggelam..
PART_1
Kalau hati yang lagi
galau itu enaknya ngumpul sama temen-temen, ketawa-ketiwi, pokoknya kegiatan
yang bikin happy lah yah. Siang itu Aerhien yang sedang kebingungan karena
kesepian iseng menghubungi teman-temannya, dan ada satu kontak yang membuatnya
teringat sesuatu. Tanpa pikir panjang, ia langsung menulis sesuatu..
“Haiii ries”
Menunggu balasan yang
cepat tak kunjung datang, satu jam kemudian ada message di handphonenya.
“hai juga Rhien,
kenapa?”
“gmn kabar? Masih
hidup? Kirainn udah mati, :P”
“kalau udh mati gk
bakal bisa bless ms lo ini rhien -.-)”
“hahhaah, iya juga sih.
Lagi sibuk apa ries sekrng?”
“biasalah anak muda, lg
sibuk bernafas sama menata hidup”
“gaya bangettt ini
orang, huuuu”
“hahahha, knp rhien,
tumben sms gue, kirain udh lupa”
“gklah, msa gue lupain
tmn, hahhaha”
“ohh jd cma tmn doang
nih??”
“ hahhah, emang maunya
apa? Kekasih hati?”
“ya siapa tau gtu,
ckckkc”
“oiy ries lo bsok free
gak? Jalan yuk lah, lagi mles di rmh nih”
“capek neng kalau jln
mah, mnding sini naek motor breng sama abang, hehhehe”
“ arrrggggghh zzzzzz…..
-.-)”
“hahhha, mau jln kmn
rhien?”
“ nonton yuk, ada film
baru tuh di bioskop, kata tmn gue sih rame, gmn?”
“boleh, jam brp? Dmn?”
“jam 5 subuh di pasar,
hahha”
“sumpah, lucu lo -.-)7”
“hahhaha, jam 3an aja
yuk di tempat biasa”
“okeh siappp tuan
putriii J”
Tepat jam 3 sore
keesokkan harinya Aries sudah sampai di depan rumah Aerhien. Tanpa
berlama-lama, mereka pun langsung menuju bioskop terdekat.
Awalnya sih canggung,
tapi tak butuh waktu lama hanya dalam waktu 10 menit suasana menjadi cair.
Aries memperlakukan Aerhien seperti pacarnya, begitupun sebaliknya. Pegangan
yang erat, sentuhan yang hangat penuh dengan kasih sayang, dan lainnya. Saat
itu Aries memang sudah punya kekasih, dan Aerhien juga. “MEREKA SELINGKUH”
tidakkkkk, tidak selingkuh hanya berusaha menjalin silaturahmi aja kok :P. Beberapa
kali Aries mencium pipi dan kening Aerhien, tapi wanita berusia 21 tahun itu
tidak berontak.
Film tentang pembunuhan
ternyata membuat mereka sedikit ngilu, karena cara membunuhnya yang terlalu
sadis. Lebih sadis dari lagunya Afgan, hahhaha. Sebenarnya Arhien tidak ada
masalah dengan film itu, karena memang dia suka film horor dan bergendre
pembunuhan, tapi ia orangnya tidak tegaan.
“tuhhkan, siapa suruh
nonton film inii, gegayaan sih jadi orang”
“kan penasaran Ries.. L”
“yaudah sini-sini”
Aries pun merangkul wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu. Dan tanpa ada
rasa canggung Aerhien pun memeluk Aries, dan untuk kesekian kalinya pria itu
mencium kening Aerhien. Film berakhir dan itu berarti kebersamaan mereka pun
berakhir. Karena tujuannya hanya nonton, ya habis nonton langsung pulang,
hahhaha.
Karena teringat dengan
kekasih hati, tiba-tiba Aerhien merasa canggung saat di parkiran.
“kenapa Rhien?”
“enggak apa-apa, hayu
ah pulang”
“yaudah cepet naek”
…………………………….
“Rhien, loe enggak
anggap gue sebagai tukang ojek loe kan?”
“kenapa emangnya?”
“jangan pegang bahu
guelah, kayak lagi ngojek aja”
“terusss??”
“sini mana coba liat
tangannya” Aerhien pun menyodorkan tanggannya.
“pegangnya tuh disini,
biar keliatan akrab” Aries menaruh tangan Aerhien di perutnya, maksudnya sih
biar Aerhien meluk. Awalnya sih Aerhien tak mau, tapi tak lama kemudian ia
memeluk Aries dengan erat dan sedikit meneteskan air mata.
“thank ya Ries udah mau
nemenin gue hari ini”
“iya sama-sama” Aries
tahu keadaan Aerhien yang sedih, karena mereka telah saling mengenal sejak
lama. Sepanjang perjalanan pulang mereka
tak saling bicara tapi pelukan Aerhien yang begitu erat telah menggambarkan
semuanya. Tak jauh dari rumah Aerhien, Aries tiba-tiba berhenti.
“Rhien, are you oke?
Sebentar lagi kita sampai rumah loe, hapus ya air matanya”
“gue enggak nangis kok”
“masih aja sih
pura-pura sama gue. Udah ya jangan sedih lagi”
“okeh” Aries pun
mencium lembut kening Aerhien dan langsung tancap gas menuju rumah sang mantan
kekasih.
Sekitar 10 menit
setelah Aries pamit pulang, Aerhien langsung menyalakan Handphone dan menelpon
Nudi (kekasih hatinya). Begitu pun Aries, ia menelpon Syarah (sang pujaan
hati). “aku otw rumah kamu, kamu siap-siap kita keluar malam ini”. Telah
menjadi kesepakatan mereka berdua, selama nonton handphone di nonaktifkan, biar
enggak ada yang ganggu.
Aries dan Aerhien
sebenarnya masih saling sayang, tapi mereka tidak bisa bersatu. Ya kalau lagi
sama-sama kangen paling menyempatkan waktu untuk berdua seperti nonton, dan
lain-lain. Wanita itu kalau lagi sedih pasti pingin di dekat prang-orang yang
ia sayangi. Seperti Aerhien yang butuh seseorang karena sedang ada masalah
dengan pacarnya yang keberadaannya jauh disana. Yuph Aerhien LDR-an sama
pacarnya. Sementara Aries jarang bertemu sama pacar karena kesibukan
masing-masing.
DISAAT RASI BINTANG DI HATI UDARA
BAB 6
Hari
itu jam kepulangan lebih cepat dari biasanya karena dosen berhalangan hadir.
Seperti biasa Aerhien dan Aries pulang
bersama, saat di tengah perjalanan..
“hmmmmmmm,
Ries entar boleh muter-muter dulu enggak keliling kompleks sebentar?” ucap
Aerhienn yang tiba-tiba menaruh dagunya dibahu Aries
“kenapa?”
“lagi
bosen, lagi males pulang, jadi pingin muter-muter aja dulu”
“dasarrr
cewek…” Aries pun terus melaju, tapi bukan ke arah pulang melainkan kesuatu
arah yang berlainan yang tentunya membuat Aerhien terheran. Ternyata mereka
berbelok arah suatu mall.
“Ries,
kok kita kesini sih? Mau ngapain? Loe mau belanja?”
“katanya
lagi bosen, dari pada keliling kompleks yang enggak jelas, mending kita nonton
disini. Ada film baru yang belum gue tonton dan pasti loe juga belom nonton ini
film”
“kenapa
jadi gue patokannya?”
“ya
karena kita sama-sama sibuk kuliah, terus pulang siang baru hari ini aja kan?
Dan ini film baru keluar beberapa hari yang lalu”
“hmmm
gitu yahhhh, tapiii Riessss”
“entar
kita jam 8 malam udah di rumah loe”
“tapi
Riesss”
“jangan
kkebanyakan tapi, udah nurut ajah”
“yaudah
deh”
Setelah
memesan tiket mereka pun nunggu di bangku yang telah disediakan di bioskop
tersebut, karena kurang dari 30 menit lagi film mulai, mereka mengisinya dengan
main game di handphone masing-masing.
“Riess,
boleh nanya?” ucap Aerhien sambil sibuk memainkan handphone layar sentunya,
begtu pun Aries saat menjawab pertanyaan dari Aerhien
“Apa?”
“kenapa
tiba-tiba loe ngajak gue nonton disini?”
“kan
alasannya udah ue kasih tahu tadi, perlu di ulang?”
“hanya
itu alasannya? Enggak ada yang lain?”
“
yuph hanya itu”
“
oiya Riess, loe masih mau tebengin gue kalau pulang ataupun berangkat?”’
“kita
searah kan? Saling ngebantu apa salahnya, dapat pahala juga kan?”
“hmmm,
Riesss, kok gue ngerasa loe berubah yah?”
“berubah
gimana?”
“ya
berubah aja, perasaan aries yang sekarang itu lebih cuek”
“perasaan
loe aja kali”
“tapi
bener lho Ries, bahkan di kelas aja loe kayak menghindar dari gue, terutama di
depan anak-anak. Boro negur, ngelirik aja enggak”
“biasa
aja kayaknya”
“loe
enggak suka sama gue? Loe enggak suka kalau diledekin sama anak-anak tentang
kita berdua?”
“biasa
aja”
“
terus kenapa? Jujur gue lebih suka Aries yang dulu. Lebih ramah, lebih
nyenengin deh pokoknya, enggak kayak sekarang”
“gue
juga lebih suka Aerhien yang dulu, enggak bawel kayak sekarang”
“gue
bawel yah orangnya? Maaffff”
“Riessss,
boleh nanya??”
“nanya
apa lagi? Kirain udah kelar nanya nya”
“kalau
gue pingin sama-sama terus sama loe, boleh?”
Aries
hanya diam membisu sambil terus bermain game.
“kok
diem Ries?? Mulutnya habis kena lem yahhh?? Ckckkckckc, becanda Riessss, jangan
kaku gitu ahhh, hahhaha” ledek Aerhien yang juga masih bermain game di
handphonenya. Tak lama kemudian pengumuman pintu bioskop sudah terdengar dan
mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan. Saat ruangan sudah gelap, Aries memulai
pembicaraan sambil menatap layar.
“Rhiennn”
“iyaaaaa”
“sekarang gantian gue
yang nanya sama loe”
“apa?”
“loe mau sama-sama
terus sama gue?”
“haaaa????”
“kok ditanya malah haah
sih jawabannya?”
“itu kan pertanyaan
gue, kenapa lo tanyain lagi ke gue, enggak kreatif”
“emang enggak boleh
kalau gue Tanya begitu ke loe?”
“boleh kokkkk, yaudah
ahhh ssssttttttt jangan berisik filmnya udah mulai”
Suasana hening sejenak….
“jadiii jawabnnya
apa??” Aerhien pun menarik nafas yang panjang lalu membuangnya dan kemudian
menyenderkan kepalanya kebahu Aries dan memegang lengannya lalu berucap “ love
you”
Aries pun menyambut
kalimat itu dengan senyuman dan mengelus kepala Aerhien dengan lembut lalu
menyelipkan jarinya di selah-selah jari Aerhien.
Mereka pun menikmati
film tersebut sampai selesai. Setelah nonton mereka langsung pulang karena
sudah sore. Saat di depan rumah Aerhien Aries berucap.
“mulai besok, gue akan
pastiin loe bener-bener sampai di dalam rumah dengan selamat, enggak di depan
rumah seperti ini ataupun di depan jalan sana kayak hari-hari sebelumnyac J”
“makasihhhh J”
“ sama-sama…, aku
pulang dulu yaaaaa”
“ iya hati-hati yaaaaa”
akhirnya setelah sekian
lama mereka sepakat untuk berkomitmen juga. Sebenarnya banyak yang menginginkan
hal ini terjadi, terutama teman-teman kelas mereka. Karena mereka semua
geregetan melihat tingkah Aerhien dan Aries yang terlihat sama-sama cuek tapi
aslinya saling peduli satu sama lain.
Sabtu, 05 April 2014
Senja di Sudut Jakarta (Ingin Aku bilang “Cinta”) BAB 5
Masa SMA sudah
berakhir, liburan pun datang dan kami bersiap untuk menjadi pribadi yang mandiri,
begitulah kata orang mengenai dunia perkuliahan.
Hari itu kami harus
mengurus ijazah dan surat lainnya, dan malam sebelumnya aku sms Nudi, karena
aku ingin pulang bareng dengannya, dan ia pun mengiyakan ajakan ku. Tapi setelah
selesai mengurus surat-surat tersebut aku tak melihat keberadaannya, aku sms
dan telpon pun handphonenya tak ada nada sambung. Mungkin handphonenya mati dan
tak lama lagi ia datang karena setahu ku ia adalah tipe orang yang menepati
janji. Niatnya hari itu aku akan mengutarakan apa yang ada di hatiku selama ini, tapiiii...
Sudah hampir 2 jam aku
menunggu di depan pintu gerbang sekolah, dan suasana sekolah pun telah sepi
karena memang sudah sore. Rintikan hujan menambah penderitaan karena aku tak
bawa payung dan bus yang sering aku tunggu mendadak tak ada, seperti di
film-film. Saat hujan menjadi deras, saat itu pula aku menangis karena takut
dan kecewa. Betapa bodohnya aku menunggu orang yang belum tentu menganggap
keberadaanku. Betapa bodohnya aku menyukai orang yang belum tentu menyukaiku,
tapi apa salah kalau perasaan itu tiba-tiba muncul? Toh aku tidak memintanya,
ia datang begitu saja dan entah kapan akan perginya. Sore yang aku bayangkan
akan indah karena aku bisa mempunyai waktu lebih dengan Nudi dan mengungkapkan
perasaanku yang sesungguhnya, ternyata menjadi sore yang menyedihkan (T.T).
saat tangisan itu tak mulai berhenti, tiba-tiba ada yang menghampiriku dann
berucap
“Cha, maafin aku. Hpku
mati, tadi aku dipaksa sama temen-temen. Dan aku baru tahu kalau kamu masih
disini setelah aku cash hpnya. Kenapa kamu enggak pulang?”
“iya ini aku mau
pulang” jawabku sambil terus menunduk karena tak mau melihat wajah nudi.
“ Chaaa, kamu baik-baik
aja kan?” aku hanya terdiam
“Chaa, chaaaa, ochaaaa”
tiba-tiba aku menutup wajahku dengan kedua tangan lalu menangis. Kata orang aku
cengeng dan gampang galau.
“ chaa, kamu nangis?
Maafin aku yahhh” nudi pun memelukku tapi aku tetap terus menangis, malah
tangisan itu semakin kencang, sekencang hujan saat itu.
“aku janji ini yang
terakhir, aku enggak akan lakuin hal ini lagi ke kamu” setelah berucap kalimat
itu Nudi mencium kening ku, tapi aku tak sadar karena sibuk menangis dan
kecupan itu hanya beberapa detik saja. Setelah Nudi berhasil membuat ku tenang dan
hujan berhenti kami pulang bersama. Tak banyak kata yang terucap sore itu. Saat
sampai rumah pun aku langsung masuk tanpa berucap basa-basi seperti biasanya.
Dan aku mulai bertanya..
Seperti angin yang terus berlalu tanpa
henti
Seperti api yang terus berkobar dihati
Seperti air yang terus membasahi
dedaunan di pagi hari
Dan seperti itu pula aku yang akan
terus menunggu
Menunggu senja hanya untuk melihat
sebuah kebahagiaan
Yang entah kapan akan datang
menghampiri
Tapiii..
Sampai kapan harus seperti angin?
Sampai kapan harus seperti api atau
air?
Sampai kapan aku harus menunggu ?
Akankah penantian ini berakhir pada
sebuah kebahagiaan?
Entahlahhhhh…
Senja di Sudut Jakarta (Ingin Aku bilang “Cinta”) BAB 4
Bulan telah berganti
dan kami di sibukkan dengan berbagai ujian. Kesibukkan kelas 3 membuat aku dan
yang lainnya pulang sore. Tak jarang Nudi memberikanku tumpangan. Kadang ku
berharap senja cepat datang, karena saat senjalah aku dan Nudi mempunyai waktu
lebih untuk berbincang.
“Cha..”
“iyaa?”
“kamu capek enggak?”
“lumayan sih, kenapa?”
“mau melepas lelah
enggak sejenak?”
“mau sih, kenapa
emangnya?”
“nonton yuk Cha,
lumayan buat menghibur diri”
“haaaahhh?”
“diajak nonton kok
malah jawab haah, mau enggak?”
“ gimana yah? Mau sih
tapi ini kan udah sore sebentar lagi mau magrib, terus pulangnya nanti gimana?”
“ya enggak
gimana-gimana, nanti aku anterin pulang deh sampai rumah”
“tapi kan aku belum
izin sama orang rumah, kalau di cariin gimana?”
“ya nanti kita izin
dulu, kalau perlu nanti aku yang izinin, gimana?”
“hmmm, gimana yahhh?
Enggak deh lain kali aja, lagi pula aku takut”
“takut kenapa?”
“enggak apa-apa, lagi
pula tugas lagi banyak, besokkan juga masuk pagi”
“ohh gitu yaudah deh”
“maaf ya, lain kali deh
kita nontonnya”
“semoga lain kali itu
aku bisa ya”
Sebenarnya aku sangat
ingin menonton dengan Nudi, tapi aku tidak bisa, takut akan perasaan yang
semakin dalam. Kata orang kesempatan itu hanya datang sekali, dan jika
kesempatan itu hilang maka kita akan kehilangan kesempatan itu untuk
selamanya, dan sebenarnya aku tidak
ingin kehilangan kesempatan itu, karena perasaan takut yang tak jelas itu aku
tak tahu akan kah kesempatan itu akan datang lagi atau akan benar-benar hilang. :(
Setelah ujian nasional
dan pengumuman kelulusan telah keluar, perasaan senang tapi sedih menjadi satu.
Kehilangan masa-masa SMA dan tentunya aku akan kehilangan dia yang menjadi
alasannku datang pagi-pagi kesekolah dan dia yang menjadi alasanku untuk setia
berdiri dekat pagar sekolah hanya untuk melihat dirinnya lewat.
Senja di Sudut Jakarta (Ingin Aku bilang “Cinta”) BAB 3
Cahaya matahari yang
cerah membuat hati dan pikiran menjadi cerah. Senyuman termanis aku
persembahkan untuk pagi ini. Tak sabar untuk bertemu Nudi dan mengembalikan
jaketnya. Seperti biasa aku menunggu di sudut kelas untuk melihatnya tapi
sampai bel berbunyi ia tak kunjung datang. Saat istirahat pun tak Nampak batang
hidungnya, bahkan saat pulang pun begitu. Dan itu berlangsung selama 3 hari.
Saat aku menjenguk
sepupu di rumah sakit ternyata sosok Nudi terlihat di taman rumah sakit sedang
duduk diatas kursi roda.
“Nudi?”
“ lho Cha, kamu
disini?”
“ kamu kenapa?” aku
terkejut dan terus melihat kondisi Nudi dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“biasa kurang
hati-hati, jadi seperti ini deh. Kamu ada apa kemari?”
“ kepala dan kaki
kamu??” saat itu aku masih terkejut melihat kepala dan kaki yang di balut.
“ Cuma luka ringan kok,
tidak ada yang perlu di khawatirkan” entah apa alasannya saat itu tiba-tiba
saja air mataku menetes.
“ lho Cha, kamu
menangis? Kenapa? Aku kan masih hidup belum mati”
“ hhmmm maaf, aku Cuma
terkejut melihat kondisi kamu sekarang. Terakhir kita ketemu kamu masih sehat”
“iya, habis aku pulang
dari rumah mengantarmu, aku mengalami kecelakaan dan seperti ini dampaknya.
Sempat koma sehari tapi tak ada masalah sekarang”
Kami pun akhirnya
berbincang di taman, menikmati langit jingga sambil duduk di atas bangku
membuat aku merasa dekat dengan Nudi. Karena langit sudah gelap akhirnya aku
mengantarkan Nudi ke ruangannya dan ternyata disana sudah ada sang mama yang
sedang menunggu. Dan aku tiba-tiba teringat tujuanku ke rumah sakit saat itu
adalah untuk menjenguk sepupu,, hahahahha.
Selama beberapa hari
dengan beralasan menjenguk sepupu yang di rawat aku juga sekalian melihat
kondisi Nudi, meskipun aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Kurang lebih 2 minggu
Nudi tidak masuk sekolah, dan saat jam istirahat ternyata aku melihatnya sedang
berbincang bersama teman-temannya di pojok kantin. Senang tapi kesenangan itu
aku simpan sendiri, tak perlu ada orang yang tahu, cukup aku dan Tuhan yang
tahu, kalau pun ia tahu aku harap ia dapat menyembunyikannya sampai waktunya
tiba.
Langganan:
Postingan (Atom)