Aku mungkin wanita yang
bodoh untuk menyukai suatu hal tanpa mampu menggutarakannya. Saat itu aku masih
duduk di bangku SMA, panggil saja namaku Chacha, karena sesungguhnya aku
bernama Rocha Agustina. Kalau kalian berpikir aku terlahir di bulan agustus,
itu tidak benar karena nama Agustina itu gabungan dari nama orang tuaku Gustin
dan Ana.
Kata orang masa-masa
sewaktu SMA itu menyenangkan, dan saat itu aku masih belum tahu, apakah ini
menyenangkan atau tidak. Yang jelas salah satu penyemangatku untuk datang pagi
ke sekolah adalah karena dia yang sering memakirkan motornya di bawah pohon
yang menghadap ke kelasku. Pagi itu seperti biasa aku datang pagi untuk melihat
seseorang yang sudah ku damba sejak lama. Yeahh akhirnya dia datang juga, dari
sudut kelas ku perhatikan dia yang sedang melepaskan atribut yang melekat pada
tubuhnya. Hanya dalam waktu tak lebih dari 10 menit ia langsung menghilang dari
parkiran.
Kelas yang berbeda membuatku ingin cepat-cepat mendengar bel istirahat untuk melihatnya kembali menuju kantin. Postur tubuhnya pas untuk seorang laki-laki yang duduk di bangku SMA. Rambut yang terpotong rapi, kulit yang berwarna coklat dan senyumanannya yang manis membuat aku tak bosan untuk melihat dan mengaguminya sejak kami masih dalam masa orientasi.
Kami memang kenal tapi
tidak dekat, bahkan kami tidak pernah satu kelas. Aku hanya bisa melihatnya
dari kejauhan. Saat pulang sekolah pun aku hanya bisa menunggu di dekat pagar
hanya untuk melihatnya keluar dengan motor supranya.
Inilah caraku
mengaguminya, entah apa yang kan terjadi nantinya. Di dalam setiap doaku, aku
hanya berharap diberikan yang terbaik dari sang pencipta.
0 komentar:
Posting Komentar