Bulan telah berganti
dan kami di sibukkan dengan berbagai ujian. Kesibukkan kelas 3 membuat aku dan
yang lainnya pulang sore. Tak jarang Nudi memberikanku tumpangan. Kadang ku
berharap senja cepat datang, karena saat senjalah aku dan Nudi mempunyai waktu
lebih untuk berbincang.
“Cha..”
“iyaa?”
“kamu capek enggak?”
“lumayan sih, kenapa?”
“mau melepas lelah
enggak sejenak?”
“mau sih, kenapa
emangnya?”
“nonton yuk Cha,
lumayan buat menghibur diri”
“haaaahhh?”
“diajak nonton kok
malah jawab haah, mau enggak?”
“ gimana yah? Mau sih
tapi ini kan udah sore sebentar lagi mau magrib, terus pulangnya nanti gimana?”
“ya enggak
gimana-gimana, nanti aku anterin pulang deh sampai rumah”
“tapi kan aku belum
izin sama orang rumah, kalau di cariin gimana?”
“ya nanti kita izin
dulu, kalau perlu nanti aku yang izinin, gimana?”
“hmmm, gimana yahhh?
Enggak deh lain kali aja, lagi pula aku takut”
“takut kenapa?”
“enggak apa-apa, lagi
pula tugas lagi banyak, besokkan juga masuk pagi”
“ohh gitu yaudah deh”
“maaf ya, lain kali deh
kita nontonnya”
“semoga lain kali itu
aku bisa ya”
Sebenarnya aku sangat
ingin menonton dengan Nudi, tapi aku tidak bisa, takut akan perasaan yang
semakin dalam. Kata orang kesempatan itu hanya datang sekali, dan jika
kesempatan itu hilang maka kita akan kehilangan kesempatan itu untuk
selamanya, dan sebenarnya aku tidak
ingin kehilangan kesempatan itu, karena perasaan takut yang tak jelas itu aku
tak tahu akan kah kesempatan itu akan datang lagi atau akan benar-benar hilang. :(
Setelah ujian nasional
dan pengumuman kelulusan telah keluar, perasaan senang tapi sedih menjadi satu.
Kehilangan masa-masa SMA dan tentunya aku akan kehilangan dia yang menjadi
alasannku datang pagi-pagi kesekolah dan dia yang menjadi alasanku untuk setia
berdiri dekat pagar sekolah hanya untuk melihat dirinnya lewat.
0 komentar:
Posting Komentar