....................................bab 7........................................
Suatu hari saat Raysya sedang ada di parkiran kampus tiba-tiba Ricky datang.
“ Raysya… akhirnya aku ketemu kamu juga, kamu dari mana aja sih?”
“ Ricky? ngapain kamu disini?”
“ Aku kangen sama kamu… gimana kalau kita makan-makan dulu sambil jelasin, selama ini kamu kemana aja. Giman? kebetulan ada café baru di daerah sini”
“ Sorry Ric, aku nggak bisa, lain kali aja! Aku lagi pingin sendirian”
“ Tunggu Ra, kamu kenapa sih? udah ngilang tiba-tiba nggak kasih kabar. Terus sikap kamu sekarang juga udah bukan Raysya yang aku kenal dulu”
“ Kamu nggak suka sama perubahan aku yang kayak gini, aku juga nggak suka sama perubahan kamu yang sok sibuk”
“ Tapi Ra, aku beneran sibuk. Lagi banyak kerjaan di kantor papa, terus juga aku harus nyelesaiin skripsi”
“ Kalau begitu, sekarang aku juga sibuk, mau ada urusan yang lebih penting, lain kali aja kita lanjutin ngobrolnya” tanpa basabasi Raysya pun langsung tancap gas menuju suatu tempat.
“ Yah, dianya udah pergi… Ric, kenapa loe nggak cegah dia sih? gue mau ngomong sama dia”
“ Boro-boro Son, gue aja di judesin sama dia, kenapa sih? kok belakangan dia berubah”
“ Gue juga nggak tahu, terakhir gue ketemu aja pas Om gue meninggal, habis itu dia ngilang, Nah tuh Anita… Gimana Nit? dapet info apa loe?”
“ Tadi gue udah ke kelasnya Raysya, kata temen sekelasnya mereka juga nggak tahu, kemaren-kemaren Raysya kemana. Terus katanya pas tadi di kelas dia juga di tegor sama guru, gara-gara ngelamun mulu”
“ Kita harus desak dia nih, supaya ngaku ada apa sama dia??”
“ Jangan Son, gue takut, dia ntar marah. Kita Tanya sama orang tuanya aja”
“ Aduh… Ricky abangku sayang, loe itu blo’on apa bego sih? ortunya sama kakaknya tuh lagi pergi ke luar negri, dia di rumah tuh sendirian, loe kira gampang apa ngubungin orang ke luar negri, di Eropa lagi. Terus para pembokat juga lagi pada mudik, jadi dia di rumah sendirian, kan loe yang bilang sama gue semalem, aaaahh gimana sih?”
“ Udah deh ah, jangan ribut, terus siapa donk, yang bisa kasih info ke kita???”…..
Saat di perjalanan, Raysya membelokkan mobilnya ke Café tante Stevani.
“ Sore mba ada ibu Stevaninya?”
“ Aduh mbak, Ibunya lagi keluar tuh… mbak ini siapa ya?”
“ Saya Raysya, mmm… lama nggak mbak?”
“ Kayaknya sih, soalnya pamitnya mau ke luar kota, katanya ada urusan penting, ada pesan?”
“ Nggak deh, makasih. Oiya saya beli kuenya ya 10”
Sesampainya di rumah, Raysya langsung mengurung diri di kamar. Dan mengobrak-abrik kamar, nggak tahu deh kenapa tiba-tiba aja ia pingin ngamuk dan pingin marah-marah.
Raysya pun pergi ke suatu tempat yang sepi… dan selama beberapa hari setelah keluargaku ke Paris, ia jadi anak yang nggak jelas sama sekali. Sampai pada akhirnya…
“ Ada apa, Om nyuruh Sya kesini?”
“ Om kecewa sama kamu… seharusnya dari awal, Om nggak kasih tahu kamu tetang penyakit kamu. Sekarang kamu jadi anak yang liar. Pergi pagi-pagi buta terus pulang juga malem banget, di kampus… kamu juga nggak jelas, dan satu lagi kamu sering marah-marah nggak jelas, kebut-kebutan di jalan. Om kecewa sama kamu, seharusnya kamu bisa tegar… Kamu aja bisa menerima kepergian papa kamu dan Eric, masa seperti ini kamu nggak bisa terima”
“ Percuma Om… toh nantinya aku bakalan mati…”
“ O… jadi kamu berfikiran seperti itu??, mana Raysya yang Om kenal? Raysya yang tegar… Raysya yang selalu tersenyum maupun ada masalah… Raysya yang bisa menatap masa depan dengan penuh semangat… dan Raysya yang selalu patuh terhadap orang yang lebih tua dari dirinya… Sya seharusnya kamu bersyukur, di luar sana yang punya penyakit seperti kamu itu banyak… dan mereka nggak bisa berbuat apa-apa, karena mereka nggak punya uang untuk berobat. Sementara kamu… kamu mampu untuk itu semua… kamu mampu untuk bayar kemo… dan mampu untuk berobat ke luar negri kalau kamu mau…”
“ Semuanya udah terlambat Om…”
“ Apanya yang terlambat? nggak ada kata terlambat untuk menuju sebuah keberhasilan… Tau nggak Sya… Om punya murid di Singapur, dia seumuran sama kamu… di singapur juga ada kasus seperti ini… dan murid Om itu sangat semangat sekali menangani kasus ini, kata dia… “saya nggak mau, kalau hidup saya nggak berguna untuk orang lain, karena dia janji sama sahabatnya untuk melindungi sabahat-sahabatnya… Dan saya akan terus pelajari penyakit ini, karena saya nggak mau sahabat-sahabat saya di luar sana pergi gitu aja! karena kalau dia pergi… semua orang yang ada di sekitar dia akan sedih… dan sahabat saya paling benci kalau melihat orang terdekatnya sedih karena dia”… itu yang dia bilang sama Om, waktu di Singapur… Sya orang lain aja peduli sama penyakit kamu… masa kamu nggak peduli sih? ini taruhannya nyawa lho… Kamu nggak mau kan kalau melihat orang-orang terdekat kamu sedih… kamu jangan mikirin diri sendiri dengan keputus asaan kamu donk! mikirin juga orang lain… kalau mama kamu tahu sikap kamu seperti ini, gimana perasaan dia??”
mendengar perkataan Om Alex hati Raysya jadi sedikit bergerak, Mmmm kalau di piker-pikir sih, tindakan Raysya itu emang salah besar, orang lain aja peduli sama dirinya, masa dia nggak mau peduli sih? padahalkan di luar sana masih banyak yang butuhin dia, sebagai anak, sebagai adik, sebagai sahabat, sebagai pacar dan yang nggak kalah pentingnya sebagai mahasiswa penerus bangsa.
“ Om, harap kamu bisa merubah sikap kamu, Sya… demi orang lain… demi mama kamu… dan demi nyawa kamu…”
Sesampainya di Rumah, Raysya langsung mengurung diri untuk merenung. Esok harinya, Raysya kembali menjadi Raysya yang dulu, selalu tersenyum maupun ada masalah.
“ Hey… Ra… kemana aja sih loe?”
“ Hey juga Sonya… gue nggak kemana-kemana, kok”
“ Ra… kita jalan-jalan yuk! mau nggak?”
“ Aduh.. Son sorry banget nih, bukannya nggak mau tapi gue ada urusan yang lebih penting untuk sekedar jalan-jalan di mol, besok ya!!!”
“ Ya… Raysya… loe kok jadi jarang sih pulang bareng sama gue atau anita… gue kangen sama loe… loe sekarang udah berubah deh…”
“ Sonya… gue nggak akan berubah, inilah Raysya… besok gue janji kalau loe mau gue ikut sama loe ke mol, gue akan ke mol, tapi jangan sekarang ya! ya udah gue pergi dulu ya! bye… Sonya…”
Raysya pun langsung tancap gas menuju café Ibu…
“ Mbak kuenya 10 ya!! Oiya Ibu Stevaninya ada nggak?”
“ Hayo… ngapain cariin Ibu…”
“ Ibu… Raysya kangen… banget sama Ibu”
“ Iya Ibu juga kangen sama kamu, kemarin kamu kesini ya? sayang ibu lagi pergi ke luar kota, ada apa emangnya??”
“ Nggak… Sya kangen aja sama Ibu…”
“ Oiya kamu beli kue buat siapa? bukannya di rumah kamu Cuma ada pembantu?”
“ O… ini buat Om Alex sama tante Vina…”
“ Oiya… Ibu dengar mereka buka Rumah Sakit ya?”
“ Iya… Ibu mau main nggak?”
“ Aduh… gimana ya? Ini aja mau pergi… lain kali aja deh”
“ Ya udah Sya, mau kesana dulu ya! nggak enak udah janji”
“ Salam ya, buat Alex dan Vina…”
Raysya pun langsung menuju Rumah Sakit untuk chek up.
“ Sore Om… eh ada tante juga… sore tante…”
“ Sya… kamu udah siap buat jalanin kemo??”
“ Siap nggak siap… tapi Sya mau coba… oiya ini buat Om dan Tante… Sya beli di café Ibu… lho…”
“ Ibu siapa?”
“ Ibu Stevani, dia kan buka café gitu… Oiya dia juga nitip salam buat Om dan Tante…”
“ Udah lama ya kita nggak ketemu sama Stevani… oiya Sya terima kasih ya! tapi sekarang kamu harus di periksa dulu, Ayo ikut Om… Vin.. aku tinggal ya!”
“ Semoga sukses!!”
Aku sangat takut sekali menjalani pemeriksaan itu, rasanya sakit… banget…
Beberapa hari kemudian, aku melihat hasil lab.
“ Gimana Om hasilnya?”
“ Kalau kamu mau rutin, Om rasa bisa ada kemajuan… Sya… gimana kalau kamu ikut Om, buat jalanin pengobatan ke luar negri?? setahun aja!”
“ Om Sya sih mau-mau aja! tapi gimana sama mama? kalau ditanya macam-macam gimana? lagi pula Sya yakin kok, Om bisa bantuin Sya…”
“ Kamu jangan gampang nyerah ya!! kalau kita lakukan operasi gimana?”
“ Dengan resiko, Sya akan hilang ingatan? aku nggak mau Om… Maupun masa lalu Aku buruk, tapi aku nggak mau ngebuangnya gitu aja!”
“ Tapi Sya…”
“ Om… Sya percaya Tuhan punya rencana yang bagus buat masa depan Sya… Ya sudah Sya pulang dulu ya! mau ada acara sama Ricky, nggak enakkan kalau sampe telat… permisi Om… oiya Thank ya! hasil Labnya…”
“ Oiya Sya besok kalau sempat kamu ikut Tante ya! Tante mau ajak kamu ke suatu tempat”
“ Ok!”
Malam harinya, Raysya makan malam bersama keluarganya Ricky di sebuah restaurant.
“ Gimana nih, kapan kalian tunangan?? atau mau langsung menikah aja?”
“ Kapan ya, Ra?? nggak tahu nih, Raysya maunya kapan…”
“ Raysya… gimana?”
“ Aduh Tante… kayaknya nggak sekarang-sekarang deh… Aku kan masih sibuk kuliah… terus Rickykan juga masih sibukkan? sama pekerjaannya”
“ Nanti kalau nggak cepat-cepat, Ricky keburu di ambil sama orang lho…” ucap papanya Ricky yang kelihatannya sih nggak suka sama Raysya.
“ Kamu jangan khawatir mas… Ricky itu orangnya setia… nggak kayak kamu…”
“ Nah… tuh dia… akhirnya datang juga. Apa kabar Pak Heru…”
“ Baik… Pak… Maaf ya kami telat, maklumlah Jakarta”
“ Nggak apa-apa kok! kita baru aja mulai… silahkan duduk! kalian masih ingatkan sama Pak Heru… teman papa dulu. Oiya mana Sandra?”
“ Saya Om…”
“ Ya ampun Sandra kamu makin cantik aja ya! Ricky kamu masih ingatkan?? sama teman kecil kamu…”
“ Hey… Ricky… apa kabar?”
“ Baik…”
“ Tante… Anita, apa kabar?”
“ Baik…”
Pada malam itu, kelihatan banget papanya Ricky emang nggak suka sama Raysya dan lebih suka sama Sandra…
Sesamapainya Raysya di Rumah, Ricky meminta maaf.
“ Ra… maafin papa ya! kalau sikapnya kurang menyenangkan…”
“ Nggak apa-apa kok Ric… aku ngerti… Ya udah aku masuk dulu ya! udah malam… nggak enak kalau di lihat sama tetangga, Thank ya, atas makan malamnya…”
“ Sekali lagi maaf ya Ra…”
“ Nggak apa-apa… kamu hati-hati di jalan ya!” Raysya pun masuk ke dalam Rumah. Dan ia langsung berchatting ria sama Tanya, kata bibi sih dia udah telhponin Raysya berkali-kali. Oiya Tanya juga tahu masalah penyakit sahabatnya itu. Setiap jam-jamnya makan,Raysya selalu di ingatkan Tanya makanan apa saja yang di larang, apa lagi pas Papa, Mama sama kak Giska ke Paris, Tanya sering banget… telhpon, memastikan keadaan Raysya.
Esok harinya, Raysya dan Tante Vina pergi ke suatu tempat, ternyata itu adalah sebuah Lembaga yang peduli sama penderita kanker. Ternyata di sana juga ada sebuah panti yangmayoritas penghuninya adalah penderita kanker. Di tempat itu… banyak sekali anak-anak kecil yang sudah menderita penyakit kanker… tapi mereka terlihat ceria banget…
“ Sya… disini banyak teman-teman kamu sesame penderita kanker… tapi lihat donk mereka seperti tak ada beban ya? padahal asal kamu tahu yang anak-anak yang ada disini itu nggak punya orang tua… Kamu bisa lihatkan anak kecil yang lagi ada di sana? namanya Rini… dia sama seperti kamu, menderita kanker otak… maka dari itu kepalanya botak… dan ia memakai wig. Disini dia diajarkan berbagai keahlian tapi dia lebih minat untuk melukis… asal kamu tahu Lukisannya banyak peminatnya…. dia ditinggal orang tuanya saat kecelakan, tapi kamu bisa lihatkan semangatnya untuk berkreasi… padahal tubuhnya sangat rapuh….”
“ Tante… maksih ya!! udah bawa Sya kesini. Sya ngerti maksud Tante ajak Sya kesini… Sya janji nggak akan ngecewaiin siapapun, terutama mama….”
“ Baguslah kalau kamu ngerti… kita kesana yuk! siapa tahu kamu pingin kenalan sama Rini…”
Semenjak saat itu Raysya jadi sadar dan terus berbuat baik untuk masa depannya. Dan ia berjanji untuk membantu anak-anak di Panti itu…
Beberapa hari kemudian, Raysya dan Sonya maen ke rumah Anita, dan kebetulan disana ada papanya.
“ Guy’s… gue buang air dulu ya! kebelet nih!!”
“ Jangan lama-lama ya!!” saat Raysya dan Sonya asyik berbincang, tiba-tiba papanya datang.
“ Eh, ada tamu…”
“ Siang Om…” sapa Raysya, tapi malah nggak di gubris.
“ Oiya Ra… Om dengar orang tua kamu lagi di Luar negri ya?”
“ Iya Om, Lagi ngurusin pernikahan kakak”
“ Yang bener?? mereka ke sana bukan karena minta bantuan danakan? soalnya,Om dengar semenjak papa kamu meninggal dan mama kamu menikah lagi, perusahaan keluarga kalian ada penurunan”
“ Wah, Om kalau masalah itu aku nggak ngerti, tapi setahu aku, memang kita sempat nurun tapi nggak lama kita bisa diri lagi kok!” tiba-tiba Hpku berbunyi.
“ Maaf Om, saya angkat telphon dulu”
“ Ternyata anak zaman sekarang itu nggak ada sopan santunnya ya! orang tua lagi berbicara malah seperti itu sikapnya. Dasar orang tua nggak becus mendidik anak. Pantas saja kalau anaknya seperti itu, Mamanya saja baru di tinggal sama suaminya, malahan menikah sama pria lain… perempuan macam apa itu? Jangan-jangan anak saya nanti di perlakukan sama, kayak yang di lakukan Ibunya”
“ Maaf, Om ngomongin keluarga saya?”
“ Memangnya ada disini yang kehidupan keluarganya seperti kamu?”
“ Saya rasa ada. Om nggak sadar ya dan nggak ngaca sama keluarga Om sendiri? Bapak Febrian yang terhormat, seorang pengusaha sukses dan kaya raya dan pernah menginap di tahanan karena kasus korupsi, tapi bisa di bebaskan karena di duga ada oknum-oknum yang bisa membebaskannya. Dan bercerai karena sang istri mengalami KDRT, selain itu anda juga pernah bermain-main sama…” belum selesai berbicara Raysya sudah kena gampar.
“ Cukup… kamu ini, di bilangin malah ngelunjak! kamu nggak berhak ikut campur urusan pribadi saya dan keluarga saya! Dan saya tidak akan merestui hubungan kamu sama Ricky, Karena saya sudah punya calon untuk masa depan dia” Om Febrian pun langsung beranjak, tapi langkahnya berhenti saat aku kembali bicara….
“ Kalau gitu, Anda juga nggak berhak mencampuri urusan keluarga orang lain, termasuk saya dan mama saya! Asal Anda tahu… maupun mama sudah menikah lagi, tapi dia tetap setia… Dan dia bukan orang yang tidak bisa menghargai kehidupan orang lain…” ucapku sambil mata berkaca-kaca.
“ Sekali lagi kamu berani berbicara, saya akan…”
“ PAPA CUKUP!!!” Ucap Anita yang melihat papanya ingin menggampar Raysya lagi.
“ Anita ajarin teman kamu gimana caranya bersikap baik sama orang yang lebih tua. Mulai sekarang papa melarang kamu sama Ricky untuk bergaul sama anak yang tidak tahu sopan santun ini, ibu sama anak sama saja…”
“ Om, dengar ya! saya nggak akan membiarkan siapa pun menghina keluarga saya, terutama mama saya. Nit… gue permisi dulu!”
“ Tapi Ra…”
“ Anita kamu ngapain? teman kamu bukan Cuma dia”
“ Raysya tunggu gue ikut, Nit sorry gue harus pulang…” ucap Sonya. Aku dan Sonya pun langsung pergi dari rumah Anita.
Di perjalanan, Raysya terus ngebut, sampai-sampai harus kena tilang.
“ Tuh, Ra ngapain sih loe ngebut-ngebut?jadi kena tilangkan? loe mau bikin gue mati ya?. Gue tahu loe lagi sakit hati banget gara-gara tadi, tapi jangan kayak gini donk!”
“ Gue Cuma heran aja, ada gitu ya orang kayak gitu. Gue nggak suka ada orang yang hina nyokap gue. orang terpelajar kok, tingkahnya kayak gitu”
“ Iya Ra, gue tahu dari dulu loe paling nggak suka kalau ada yang hina nyokap loe. Ya udah gimana kalau kita pergi ke suatu tempat aja!”
“ Nggak deh Son, gue mau pulang aja! gue mau istirahat. kalau loe mau ke mol, sendirian aja ya! lagi pulakan kemaren kita udah ke molkan?”
“ Ya udah, kita pulang tapi jangan ngebut lagi ya!” Raysya mengangguk.
Pagi harinya, Raysya kemali muntah-muntah dan pusing-pusing.
“ Non… non nggak apa-apa?”
“ Nggak apa-apa bi…”
“ Krink….krink…”
“ Bi… coba angkat telphonnya dari siapa?”
“ Iya non… Non Raysya ada telphon dari ibu…”
“ Sya… kamu kemana aja sih? gimana, kamu baik-baik ajakan?”
“ Iya, aku nggak apa-apa kok! mama kok lama banget sih perginya, katanya Cuma seminggu…”
“ Aduh Sya… maaf ya! mungkin kita akan balik ke Indonesia besok, terus langsung ke Surabaya selama 3 hari! kamu nggak apa-apa kan? nanti mama bawain coklat deh!”
“ Aku nggak pingin coklat…”
“ Terus kamu pingin apa donk?”
“ Aku mau mama ada disini temenin Sya…”
“ Sabar ya! kamukan sudah besar, jangan tergantung sama orang mulu ya! ya sudah mama harus pergi dulu, kamu jaga diri ya disana!”
0 komentar:
Posting Komentar